Minggu, 21 Oktober 2012

Gelisah



Andai yang memegang kebijakan
Adalah “utsman ibn ‘Affan”
Dan yang mengkritiknya adalah
Abu Dzarr Al-Ghiffari
Kita pun masih berhak untuk khawatir
Maka jika mereka bukanlah keduanya
Perasaan apalagi yang tersisa ?

Ya Allah, izinkan kami untuk gelisah
Jika itulah yang bermanfaat
Maka buatlah kami berhenti di titik itu
disitu saja

Dengan mengesakanMu dalam harap
Karena kami makin tahu
Berharap pada manusia,
Pada sosok maupun kelompok
Atau menggantungkan diri pada mereka
Adalah luka bagi iman kami
Juga kekecewaan yang kadang bertubi

Dengan mengesakanmu dalam harap
Karena kami makin tahu
Berharap pada manusia,
Pada sosok maupun kelompok
Atau menggantungkan diri pada mereka
Adalah luka bagi iman kami
Juga kekecewaan yang kadang bertubi

Dengan mengesakanMu sebagai pemilik da’wah ini
Lalu kami terus melangkah tanpa henti
Mentarbiyah ummat ini
Memperbanyak yang putih dalam jama’ah ini
Agar Engkau bersihkan yang hitam dengannya
Atau setidaknya, menjadikan yang hitam itu
Bagai najis yang tak menodai dua qullah

Ahh..
karena tak ada lagi di antara kami
yang sebaik Musa
atau sejahat Fir’aun
maka izinkan kami belajar kesantunan
qaulan layyinan
agar saudara yang kami cintai
tak sakit hati, atau hilang harga diri
saat kami menyampaikan cinta dalam nasehat

ahh..
karena tak ada lagi di antara kami
yang sebaik Musa
atau sejahat Fir’aun
karuniakan pada kami kepekaan
agar saudara kami tak perlu berteriak
saat menyampaikan cinta dalam nasehatnya
tapi cukup dengan isyarat mata
raut muka
atau bisik kecil yang menggetarkan...

Sumber :  Dari buku “Dalam Dekapan UKHUWAH”

Minggu, 14 Oktober 2012

Mengikuti Budaya Asing : Trend atau kebodohan masyarakat ?



Sekarang ini banyak dari masyarakat Indonesia sedang mengalami “demam k-pop”. Bahkan bila ada acara atau event-event yang berunsur korea pasti acara itu ramai diminati oleh sebagian masyarakat. Sampai-sampai banyak dari kelompok-kelompok masyarakat yang segaja berkumpul di suatu tempat lalu mereka menirukan salah satu gerakan yang saat ini sedang fenomenal yaitu “Gangnam Style”. Mereka berkumpul lalu menirukan gerakan itu secara bersama-sama di depan umum lalu mendokumentasikan acara yang mereka lakukan dan mempostingnya ke dunia maya. Bahkan sampai ada kelompok masyarakat yang sengaja menggelar acara itu untuk mendapatkan rekor atau penghargaan dari salah satu badan atau organisasi tinggi di negara ini.

Jujur saya prihatin terhadap apa yang saat ini sedang terjadi di kehidupan masyarakat Indonesia. Mereka senang dan juga bangga dapat menarikan atau menguasai budaya luar negeri. Namun hanya sedikit dari mereka yang dapat menguasai budaya dari negara mereka sendiri. Bahkan mengenalnya pun belum tentu mereka tau. Saya akui, saya juga menyukai lagu dan drama-drama korea. Tapi saya tidak mau larut bahkan menjadi “k-popers” sejati”. Maksudnya adalah mencari tau tentang budaya, makanan, pakaian tradisional bahkan kebiasaan masyarakat dari suatu negara. Sedangkan mereka tidak mengenal budaya yang dimiliki oleh negara mereka sendiri yaitu Indonesia. Dimana kebudayaan yang dimiliki negara ini sangat berlimpah. Bahkan negara-negara lain pun takjub dan iri atas keragaman budaya yang dimiliki oleh bangsa ini. Sebagian dari masyarakat justru bangga dan menjadikan budaya luar menjadi bagian dari pola hidupnya. Tidakkah mereka tau kalau mereka sebenarnya sedang di tertawakan oleh orang-orang yang saat ini sedang mengincar budaya yang dimiliki negara ini ?

Kadang terpintas dalam benak saya, kalau saya melihat orang yang senang makanan korea atau makanan dari negara luar dibanding makanan asli yang dimiliki bangsa ini, atau orang yang sedang menarikan tarian atau mempelajari tarian dari negara lain sampai menjadikan tarian itu sebagai salah satu dari jati dirinya.  Saya ingin bertanya kepada mereka, jika budaya yang dimiliki oleh negara ini di ambil, apakah mereka masih peduli ? atau bersikap acuh dan sepenuhnya menyalahkan pemerintah ? kalau itu yang mereka lakukan, mereka tidak berhak untuk marah atau menyalahkan pemerintah. Bahkan menurut saya mereka tidak pantas untuk menjadi warga negara Indonesia. 

Sekian artikel yang saya buat, saya mohon maaf bila ada yang tersinggung atas artikel yang saya buat ini.Terima Kasih.

Minggu, 07 Oktober 2012

Perlukah Mahasiswa Berfikir Kritis ?


Perlu di akui pada zaman sekarang sulit mencari generasi muda yang mau berfikir kritis. Generasi muda saat ini enggan untuk memikirkan dan mememperhatikan keadaan negara, mereka enggan menghabiskan waktu dengan berpanas-panasan untuk menyuarakan aspirasi mereka. Mereka hanya fokus memikirkan trend apa yang saat ini sedang hits. Tentu generasi muda saat ini sangat berbeda jauh dengan keadaan generasi muda pada saat sebelum kemerdekan sampai 1990an. Generasi muda saat itu sangat berfikir kritis untuk kemajuan negaranya. Bahkan mereka rela berpanas-panasan, kelaparan atau bahkan sampai mengorbankan diri mereka untuk kemajuan negara ini. Mereka melakukan itu semua hanya untuk terciptanya negara NKRI dan agar NKRI di hormati oleh negara-negara lain. Tentu keadaan ini sangat miris bukan ?
            Mencari mahasiswa yang mampu berfikiran kritis ibarat “mencari jarum dalam tumpukan jerami”. Bahkan setiap lembaga pendidikan baik itu di PTN atau PTS belum tentu semua mahasiswanya mau berfikiran kritis. Ada ungkapan “Majunya suatu negara terletak pada generasi muda yang ada pada negara itu”. “Hancurnya generasi muda berarti hancurnya suatu negara”. Sebenarnya hal yang paling utama menyebabkan hal ini bisa terjadi karna pemerintah juga tidak memberikan ruang yang cukup untuk para generasi muda untuk menyampaikan aspirasi mereka dalam ruang publik sehingga minat mahasiswa untuk berfikiran kristis pun semakin lama semakin menurun. Ketika hal ini terjadi barulah pemerintah menyiapkan beberapa program dan usaha agar minat generasi muda sekarang untuk berfikir kritis tumbuh lagi. Bukankah hal ini terlambat ?

 
           Memang pemerintah sudah membuat program dan acara-acara untuk merangsang dan mengajak agar generasi muda sekarang mau berfikiran kritis. Namun perlu di perhatikan juga bahwa usaha-usaha yang ada belum sepenuhnya sukses mengajak generasi muda untuk berfikir kritis. Perlu ada suatu trobosan dan usaha yang lebih keras lagi agar tujuan itu tercapai. Kita sebagai masyarakat dan pastinya sebagai bagian dari NKRI tentu tidak boleh hanya diam menunggu arahan dari pemerintah. Kita juga harus kembali aktif memikirkan kemajuan negara ini. Jika negara ini maju bukankah kita sebagai bagian dari NKRI yang juga akan ikut merasakan dampaknya ? J