Senin, 28 Februari 2011

Kobarkan semangatmu

Barangsiapa yang menginginkan pelindung, maka Allah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan teladan, maka Rasulullah cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan pedoman hidup, maka al-Qur`an cukup baginya.
Barangsiapa yang menginginkan peringatan maka kematian cukup baginya.
Dan barangsiapa tidak cukup dengan semua itu, maka neraka cukup baginya.

Saat ini wahai kaum muslimin, kita masih mempunyai peluang dan kesempatan,
maka sekarang juga kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada rabb kita. Waktu ini bagaikan pedang, jika kita tidak mengisinya maka ia akan menikam kita.
Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tdk memutusnya (mengisinya) maka dia yang akan memutusmu (menghilangkan kesempatanmu).
Jika ia tidak cepat dimanfaatkan dia akan membunuh kesempatan kita

Sumber: ratna.wordpress.com 

Puisi ini berjudul “Kobarkan semangatmu”. Dalam puisi ini, penulis mempunyai maksud bahwa barangsiapa (ciptaan allah) yang menginginkan pelindung, teladan, pedoman hidup, peringatan,  maka Allahlah jawabannya. Allah telah memberikan perlindungan setiap saat kepada siapapun. Allah telah memberikan nikmat dan karunianya yang sangat berlimpah kepada ciptaan-Nya, meskipun tidak sedikit dari manusia yang lalai kepada-Nya, dan Allah juga telah memberikan suri teladan dari golongan manusia itu sendiri yaitu Rasullulah SAW agar manusia tidak merasa berat menjalankan urusannya kepada Sang Pencipta. Allah pun telah memberikan manusia pedoman hidup berupa Al-Qur’an agar tidak terjerumus oleh kesenangan duniawi yang dapat menyesatkan atau menjerumuskan manusia kedalam kebodohan. Allah juga telah memberikan peringatan kepada umatnya untuk terus mengingat-mengingat akan datangnya hari kematian. Selanjutnya, apabila kita tetap lalai terhadap perintahnya, ternyata Allah juga telah memperingatkan kita akan adanya neraka yang memang sengaja ada untuk hambanya yang kufur. Maka, bukankah ternyata Allah telah memberikan kita pilihan yang cukup adil ? 

“Saat ini wahai kaum muslimin, kita masih mempunyai peluang dan kesempatan,
maka sekarang juga kita harus memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada rabb kita. Waktu ini bagaikan pedang, jika kita tidak mengisinya maka ia akan menikam kita.
Waktu itu bagaikan pedang, jika engkau tdk memutusnya (mengisinya) maka dia yang akan memutusmu (menghilangkan kesempatanmu).
Jika ia tdk cepat dimanfaatkan dia akan membunuh kesempatan kita”.
Bukankah dari kalimat-kalimat di atas telah jelas maksud dari penulis? Dalam tulisannya, penulis telah mengingatkan kita akan peluang dan kesempatan yang saat ini masih kita miliki. Peluang itu adalah memanfaatkan waktu yang kita miliki dengan sebaik-baiknya untuk taat kepada perintah-Nya  karena bila kita tidak memanfaatkan waktu dengan baik, waktulah yang akan membunuh kita. Hal ini jelas harus kita soroti lebih dalam karena waktu bagaikan pedang, jika kita tidak mengisinya maka ia akan menikam kita dan jika kita tidak pandai dalam mengaturnya maka akan banyak kesempatan yang akan hilang. Oleh karenanya, mari kita kembali lagi ke kata-kata yang di atas. Selagi kita masih memiliki cukup waktu, kita harus mengisi dan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Hal ini penting agar kita tidak menyesal di saat kita tak lagi dapat kesempatan untuk memperbaiki kelalaian kita dan pun tak lagi memiliki kesempatan  hidup di dunia ini. Jadi, ayo kita korbarkan semangat untuk menjadi seseorang yang beruntung baik di dunia maupun di akhirat dengan mengingat Allah pada setiap waktu yang kita miliki. Semangat mencoba berbuat kebaikan! Basmalah.

Kamis, 24 Februari 2011

Jam Karet

Istilah “jam karet” tentu sudah tidak asing di telingga masyarakat indonesia, arti dari istilah “jam karet” itu sendiri pun menurut saya sama dengan datang terlambat baik ke acara-acara formal maupun non formal. Istilah “jam karet” pun seakan sudah menjadi suatu budaya tersendiri di indonesia. Tentu saja ini bukan suatu budaya yang baik apalagi sampai mewarisi budaya ini dari satu generasi ke generasi berikutnya.   Tetapi sepertinya masyarakat indonesia seakan sudah terbiasa dengan budaya yang kurang baik ini. Budaya “jam karet” pun tentu memiliki dampak yang buruk baik kepada perseorangan atau kepada masyarakat luas. Contoh dari dampak yang dapat ditimbulkan dari budaya ini yaitu berkurangnya rasa saling percaya baik kepada setiap individu atau kelompok, bahkan dampak ini juga bisa memberikan image buruk kepada negara, khusunya negara kita (Indonesia). Dampak buruk kepada negara kita contohnya bisa mengurangi rasa kepercayaan negara-negara lain kepada bangsa Indonesia dan negara kita dapat di pandang sebelah mata oleh negara lain. Tentu saja kita tidak menginginkan hal ini terjadi. Dengan contoh dampak yang bisa terjadi tersebut, apakah kita akan tetap mempertahankan budaya ini ? Tentu tidak bukan ?

            Sebenarnya kita bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan budaya kurang baik ini, contohnya dengan cara kita menghargai waktu dengan sebaik-baiknya, berusaha untuk dapat datang ke acara-acara tepat waktu atau bila masalah terbesarnya kita sering bangun kesiangan kita dapat menyetel alarm bila perlu sampai menyetel alarm lebih dari 1 alarm ^.^ . bukankah bila kita menghilangkan budaya “jam karet” ini, banyak keuntungan yang kita dapat ? selain kita bisa lebih berkonsentrasi pada sesuatu hal kita juga dapat menghemat waktu dan menyiapkan segala sesuatunya lebih matang. Contohnya saat kita akan melamar pekerjaan atau akan memulai ujian, dengan kita datang lebih awal kita bisa sekedar beristirahat sebentar atau bisa mengulang-ngulang pelajaran bila kita akan menghadapi ujian atau kita bisa sekedar merapikan penampilan bila kita akan melamar pekerjaan. Contoh tersebut baru sebagian kecil keuntungan yang akan kita dapatkan bila kita mengahargai waktu.  Lantas apakah kita akan tetap mempertahankan budaya “jam karet” yang jelas-jelas merugikan kita ? dan juga berdampak tidak baik untuk negara kita, karena dengan kita tetap mempertahankan budaya “jam karet” ini bukan hal yang mustahil dapat menghambat perkembangan untuk negara kita sendiri. Tentu kita tidak mau bukan ?

Jumat, 18 Februari 2011

Ramah Tamah

Indonesia memiliki beranekaragam budaya, oleh karena itu dengan keanekaragaman budayanya indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan di banding bangsa lain. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Salah satu dari keanekaragaman budaya tersebut adalah sikap ramah tamah. Menurut saya dengan kita bertutur kata sopan dan lembut, tersenyum dengan seseorang saat kita sedang berbicara dengan orang lain maupun dengan seseorang yang kita temui sudah merupakan cerminan dari sikap ramah tamah. Budaya ramah tamah sendiri pun menjadi sesuatu yang memiliki daya tarik sendiri, contohnya : masyarakat indonesia terkenal dengan sikap ramah tamahnya hal ini membuat banyak warga negara lain (turis) senang berkunjung ke indonesia, bahkan tidak sedikit dari turis-turis tersebut yang ingin menjadi warga negara indonesia (WNI) karena terpikat dengan sikap ramah tamah dari masyarakat indonesia itu sendiri. 

Tetapi seiring berkembangnya zaman budaya di indonesia mulai berangsur pudar, termasuk sikap ramah tamah di kalangan masyarakat. Hal ini terlihat dari meningkatnya tindakan kekerasan dan sikap saling acuh tak acuh  terhadap sesama masyarakat indonesia. Kita tak boleh membiarkan budaya di negeri ini semakin memudar atau bahkan sampai hilang dari negeri ini, salah satu cara agar kita tetap bisa meneruskan budaya ini yaitu dengan cara, baik generasi muda dan generasi tua sama-sama memperdalam pengetahuan dan meningkatkan rasa cinta akan budaya yang dimiliki bangsa ini. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud kepada nilai budaya yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya lokal yang terlihat dari pelaksanaan upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di negeri ini. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dicontohkan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsistem masyarakat, dan sebagainya. Keragaman budaya merupakan  kekayaan budaya bangsa Indonesia yang sesungguhnya.

Ramah Tamah

Indonesia memiliki beranekaragam budaya, oleh karena itu dengan keanekaragaman budayanya indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan di banding bangsa lain. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. Salah satu dari keanekaragaman budaya tersebut adalah sikap ramah tamah. Menurut saya dengan kita bertutur kata sopan dan lembut, tersenyum dengan seseorang saat kita sedang berbicara dengan orang lain maupun dengan seseorang yang kita temui sudah merupakan cerminan dari sikap ramah tamah. Budaya ramah tamah sendiri pun menjadi sesuatu yang memiliki daya tarik sendiri, contohnya : masyarakat indonesia terkenal dengan sikap ramah tamahnya hal ini membuat banyak warga negara lain (turis) senang berkunjung ke indonesia, bahkan tidak sedikit dari turis-turis tersebut yang ingin menjadi warga negara indonesia (WNI) karena terpikat dengan sikap ramah tamah dari masyarakat indonesia itu sendiri. 

Tetapi seiring berkembangnya zaman budaya di indonesia mulai berangsur pudar, termasuk sikap ramah tamah di kalangan masyarakat. Hal ini terlihat dari meningkatnya tindakan kekerasan dan sikap saling acuh tak acuh  terhadap sesama masyarakat indonesia. Kita tak boleh membiarkan budaya di negeri ini semakin memudar atau bahkan sampai hilang dari negeri ini, salah satu cara agar kita tetap bisa meneruskan budaya ini yaitu dengan cara, baik generasi muda dan generasi tua sama-sama memperdalam pengetahuan dan meningkatkan rasa cinta akan budaya yang dimiliki bangsa ini. Pengetahuan budaya biasanya akan berwujud kepada nilai budaya yang didalamnya terdapat nilai-nilai budaya lokal yang terlihat dari pelaksanaan upacara-upacara tradisional dan karya seni kelompok suku bangsa dan masyarakat adat yang ada di negeri ini. Sedangkan tingkah laku budaya berkaitan dengan tingkah laku atau tindakan-tindakan yang bersumber dari nilai-nilai budaya yang ada. Bentuk tingkah laku budaya tersebut bisa dicontohkan dalam bentuk tingkah laku sehari-hari, pola interaksi, kegiatan subsistem masyarakat, dan sebagainya. Keragaman budaya merupakan  kekayaan budaya bangsa Indonesia yang sesungguhnya.