Senin, 10 Oktober 2011

Menteri Korea Selatan Mundur Karena Mati Lampu


Karena saya menyukai budaya dan musik Korea Selatan, saya akan membahas peristiwa yang jarang terjadi di Korea Selatan. Pada tanggal 15 September lalu Korea Selatan mengalami pemadaman listrik selama 5 jam. Ini merupakan peristiwa yang tidak biasa di negara itu karena selama ini negara tersebut menyediakan layanan listrik yang memuaskan. Kejadian ini tentu saja menimbulkan dampak yang tidak sedikit bahkan menganggu aktifitas sebagian warga korea,  Contohnya saja,  para pelaku industri yang mengalami gangguan produksi, banyak orang yang terjebak di elevator, dan lalu lintas pun kacau karena lampu lalu lintas yang padam.

Pihak berwenang sempat menyatakan pemadaman terjadi akibat cuaca yang panas sehingga kebutuhan akan listrik melonjak. Namun, besarnya kebutuhan itu tidak dipenuhi oleh 25 pembangkit listrik karena pada saat yang bersamaan mengalami perawatan.

Melihat kondisi ini, Presiden Lee akhirnya menggelar rapat khusus dengan pihak terkait untuk membahas padamnya listrik di Korsel dan segera melakukan investigasi. Sebagai pertanggungjawaban kepada warganya, pemerintah menerima gugatan ganti rugi dari warganya baik itu individu maupun pengusaha. 


 
Menteri yang bertanggung jawab, Choi Joong-Kyung 


Sekarang kita bandingkan dengan negara indonesia. Bukankah pemadaman listrik bukan hal baru di indonesia ? dan apakah pemerintah akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan pemerintah Korea Selatan ? jawabannya sudah bisa di tebak bukan ? tentu “TIDAK”. Mengapa pemerintah indonesia terkesan sangat sulit melepaskan jabatan yang mereka pengang dan terkesan akan melakukan apapun untuk melanggengkan kekuasaannya ? padahal jika kita lihat pada pemerintahan Korea Selatan mereka tidak akan ragu-ragu untuk melepaskan jabatan yang mereka pengang jikalau mereka tidak bisa melaksanakan kewajiban mereka dengan baik kepada rakyatnya. Mengapa hal seperti ini tidak bisa terjadi di negara kita, yaitu indonesia? Menurut saya, pemerintah indonesia belum sepenuhnya bekerja untuk rakyat. Sebelum mereka menjabat sebagai pejabat di pemerintahan bukankah mereka susah payah untuk mendapatkan suara rakyat agar mereka dapat menjabat sebagai “wakil rakyat” dengan “embel-embel” mereka akan berusaha keras untuk rakyat dan menyalurkan aspirasi rakyat ? tetapi saat mereka sudah menjabat sebagai “wakil rakyat” seakan-akan mereka mengalami amnesia. Mereka lupa akan janji-janji nya saat kampanye. Lalu, hal lain yang mempengaruhi ini ialah berkaitan dengan “iman” mereka. Sepertinya mereka lupa bahwa setiap orang bahkan seorang “pemimpin” pada akhirnya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Sang Khalik. rendahnya tingkat keimanan mereka dan juga warga negara kita. 

Bagaimana kondisi negeri ini kedepannya jika para pemimpinnya selalu seperti ini ? apakah kita “generasi muda” akan tetap diam saja ? tentu “TIDAK”  bukan ? apakah kita mau, negara tercinta kita di “pandang rendah” atau diremehkan oleh bangsa lain ? jawabannya pasti “TIDAK” lagi bukan ? sayangnya pendidikan agama dan moral sudah di “nomor duakan” di negeri ini. Padahal pendidikan agama dan moral sangat penting dalam kehidupan ini. Tidak perlu menunggu orang lain untuk berubah, Sebaiknya mulai dari diri kita sendiri untuk melakukan perubahan itu, toh perubahan ke arah yang lebih baik tidak akan merugikan diri kita sendiri bukan ? Oleh karena itu, ayo kita lakukan perubahan dari diri kita dan untuk negara tercinta kita ini. J